Google.com |
Seorang
ibu, akan selalu bertindak sebagaimana ibu pada umumnya. Berusaha melakukan yang
terbaik bagi anak-anak mereka sekali pun nyawa taruhannya. Tatkala seorang ibu
harus melakukan banyak hal dan membagi waktu, dalam relung terdalam anak adalah
prioritas meski terkadang harapan menjadi ibu terbaik di kalahkan keadaan.
Hal yang aku lihat dari Mama. Wanita luar biasa itu, sejak sebelum aku terlahir kedunia telah berusaha berjuang menjadi ibu terbaik,
namun ia harus mengalahkan seluruh harapann karena roller coaster kehidupan yang membawanya naik turun menjalani hidup penuh dengan kejutan. Menjadi istri dan ibu juga menjalani perannya sebagai pemilik sebuah warung kelontong, beliau terpaksa menjadi tidak seperti ibu lainnya. Berjibaku
dengan segala aktifitasnya sebagai upaya membantu perekonomian keluarga, yang
dalam kondisi tertentu tidak dapat sepenuhnya di penuhi dari penghasilan Abah
sebagai seorang buruh tani. Mama pada akhirnya turun tangan untuk tetap menjalankan
roda penghidupan keluarga kami. Satu hal yang memungkinkan untuk mama lakukan
adalah menjalankan warung kelontongnya.
Membagi
fokus pada beberapa peran yang harus ia kerjakan, aku merasakan betapa sulitnya
mendapat perhatian di luar terpenuhinya kebutuhan primer. Tidak ada bimbingan
belajar selama 12 tahun menjalani pendidikan, tidak pernah mendengar pertanyaan
mama perihal “Bagaimana kondisi di sekolah?”, atau “Ada PR apa hari ini?”. Qadarullah
apa yang tidak aku dapati tersebut, bukan sebuah permasalahan besar bagiku kala
itu. Faktanya Mama tetap menjalankan tugas sebagai ibu dengan segala
keterbatasannya. Dan aku tetap memperoleh hak-hak primerku sebagai seorang anak
meski ku dapati beberapa kepedihan di masa kecilku. Lagi-lagi itu bukan
masalah, karena dari segala bentuk kepedihan yang ku temui di masa lau, hari
ini aku memperoleh hal besar yang membuatku lebih banyak mengungkap syukur.
Beberapa
tahun sebelum mama wafat, dan aku telah beranjak dewasa. Saat itu aku mulai menyadari
banyak hal tentang Mama. Seandainya waktu berputar lalu kembali kebelakang dan
Mama di hadapkan pada kondisi berbeda dengan apa yang sebelumnya beliau alami. Saat
jika ia tidak harus bekerja lebih keras, saat dia hanya harus fokus menjalankan
perannya sebagai seorang istri juga ibu bagi anak-anaknya. Ia benar-benar akan
menjadi ibu yang sangat sempurna.
Terbukti
setelah Mama menjadi ibu yang tidak begitu sibuk dengan aktifitas sebagai
pemilik warung kelontong. Anak-anak yang telah tumbuh dewasa dan taraf hidup
yang sedikit banyak dan secara perlahan meningkat. Pada Akhirnya Mama
menunjukkan jati diri seorang ibu yang luar biasa itu.
Beliau
semakin menunjukkan pribadi yang terus memperbaiki diri, mengajak anak-anaknya
untuk juga selalu memperbaiki diri. Saat aku duduk di bangku kuliah Mama
semakin rajin melempar pertanyaan tentang bagaimana aktifitas perkuliahanku,
bagaimana tugas-tugasku serta membangun kebiasaan baru mengajak ku menceritakan
apa yang dilakukan sepanjang hari.
Mama
senang menonton talkshow dan program-program motivasi di televisi. Bahkan mama
menjelma menjadi motivator bagi kami anak-anak yang kian hari kian mencintai
Mama dengan segala hal baik yang ia tunjukkan. Bahkan ketika mama tidak sedang
berbicara juga berpetuah. Dia tampak luar biasa dengan segala tingkah laku yang
menghadirkan pengaruh – pengaruh positif bagi kami.
Mama
kami hanya selalu merindumu saat ini, semoga di sana engkau sebaik saat-saat
terakhir kehadiranmu di dunia ini. Aamin……
Foto : https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Ffimadani.com%2Fhari-ibu-menurut-islam%2Fsejarah-hari-ibu-menurut-
No comments:
Post a Comment