Friday, October 9, 2020

Berpulang

Pinterest.id

Gadis itu, duduk dengan posisi serupa ku melihatnya kemarin sore. Sebuah novel karya Kang Abik berjudul Bumi Cinta tak lepas dari genggamannya. Bahkan ketika dia sesekali mengintip ruangan dengan dinding juga jendela berwarna putih tepat di hadapan sebuah kursi kayu yang sedari kemarin ia duduki. Tak adanya gadis itu hanya ketika waktu-waktu shalat tiba, selebihnya dia kembali duduk di kursi kayu, membaca novel lalu sesekali melihat lagi ke dalam ruangan. 

                Sore ini, dia tampak resah seperti tengah menunggu sesuatu.  Tak lama seorang pria paruh baya berjubah putih keluar dari ruang dihadapannya, secepat kilat Sang gadis menghampiri pria yang di duga seorang dokter itu. Sedikit pun tak dapat ku dengar apa yang terngah mereka perbincangkan. Tak lama berlangsung dialog antara keduanya, tiba-tiba sang gadis terkulai lalu pecah tangisnya. Ternyata yang ia tunggu kini telah berpulang, dan ia benar-benar sendiri.

 

***

                Siang tadi ku coba menghampirinya, sejak harus menunggui kakaku yang juga di rawat di rumah sakit ini aku hanya bermain dengan ponsel tanpa berbicara dengan siapapun.

                
                “Permisi Mbak, saya boleh duduk disini?”
                “Tentu Mbak, silahkan”, gadis itu kembali membaca  novel yang sedari kemarin menemani kesendiriannya di bangku kayu ini. Aku memberanikan diri membuka pembicaraan dengan menanyakan siapa yang ia tunggu di rumah sakit ini.  “Nungguin siapa Mbak?”
                “Mama saya”, seketika ia hentikan aktifitasnya dan kembali membaca.
                “Sakit apa kalu boleh tau?”
                Kali ini ada benar-benar menghentikan aktifitas membaca dan meletakkan novel di pangkiuannya. “Kata Dokter  mama kena stroke, tapi aku belum tau lebih lanjut karena mama masih koma”.
                “Sudah sempat kena stroke sebelumnya?”
                “Justru itu, mama cenderung seperti nggak pernah sakit, bahkan beberapa saat sebelum beliau jatuh dari sofa lalu tak sadarkan diri, kami sempat  berbincang dan saling berbagi candaan”.

                “Dari kemarin aku lihat mbak sendiri, memangnya nggak ada saudara yang bisa gentian nungguin ya?”

                “Kita Cuma tinggal berdua dan nggak ada satu pun sanak saudara disini”.


No comments:

Post a Comment