Tuesday, September 29, 2020

Mencari Halal

  

www.google.com

                Menjadi salah satu pendidik bagi Anak Usia Dini sejak 7 tahun lalu membuatku memiliki banyak kisah menarik berkenaan dengan mereka. Selain salah satunya adalah tentang bagaimana aku belajar dari dunia mereka para jiwa yang tulus jujur. Aku juga disuguhi kelucuan-kelucuan tingkah mereka hampir setiap hari.          

           Bagaimana tidak?, kejujuran mereka terkadang menjadi tawa yang mungkin tidak aku dapati di luar sana. Kepolosan mereka dalam bertingkah dan bertutur kata terkadang menjadi ketulusan yang meninggalkan kesan mendalam. Bagiku mereka adalah makhluk yang indah. Dari sisi terdalam hatiku mereka salah satu dari sekian banyak hal yang membelajarku akan sebenar-benarnya kehidupan.

                Salah satu kisah menarik bersama kereka, saat ini membuatku teramat merindu di tengah pandemi yang membatasi pertemuan kami. Aku tertawa sendiri mengingat hal itu, rindu akan kejenakaan  dan bagaimana kejujuran bertutur kata serta berperilaku mereka yang dulu hampir setiap hari aku saksikan. Hari ini aku benar-benar merindu.

                Suatu hari di kelas tempat ku mengajar anak kelompok A sebuah Raudhatul Athfal, aku menyampaikan tema “kebutuhanku” dengan sub tema “Makanan dan Minuman Kesukaan”. Dalam satu pekan terdapat satu hari untuk membahas terkait makanan halal dan haram. Seperti biasa kami bercakap-cakap dan anak-anak saling berinteraksi menyebutkan apa saja yang tergolong ke dalam makanan halal dan juga haram.

                Satu ketika aku membahas tentang cara mengetahui jajanan yang anak-anak beli, halal dan boleh di konsumsi adalah  dengan mencari label halal dalam kemasannya. Serta ku sampaikan jika tidak ada label halal lebih baik dihindari. Hingga waktu snack time, sebagaimana anak-anak kebanyakan mereka langsung mempraktekan apa yang aku sampaikan. Pada hari itu semua anak menjadi sangat teliti saat membeli jajanan. Saling memperlihatkan jajanan masing-masih apakah memiliki label hala atau tidak.

                Keesokan harinya di hadapkan pada kondisi serupa ketika snack time. Yang membuatku menggelitik adalah tingkah Cahya salah satu siswa yang tidak menemukan label halal pada kemasan permen miliknya. Seperti merasa bersalah, ketika di tanya teman apakah makanannya memiliki label halal dia langsung berdalih permen itu bukan miliknya, tapi kakaknya yang membeli dan meberikan pada cahya. Tiba-tiba cahya keluar kelas dan menghampiri sang bunda yang menunggunya di area tunggu orangtua. Seketika dia berteriak pada sang bunda “Bun…. Ini kok nggak ada halalnya?”.

                Satu kisah lain datang dari Afifa yang juga membuat aku tak bisa menahan tawa. Ketika bundanya bercerita bahwa sepulang sekolah di hari sebelumnya Afifa membeli jajanan pinggir jalan, dia sibuk mencari label halal pada sterofoam sebagai  kemasan jajanan yang dibelinya. Hingga tidak ia dapati label halal, menurut Sang Bunda dia tampak kecewa.

                Lucu sekali memang anak-anak ini, selalu memiliki cara tak disengaja untuk menghibur orang-orang di sekitar mereka dengan kepolosannya. Dari sana pula aku memahami bahwa sebesar itu pengaruh memberikan sebuah informasi kepada anak-anak jika mereka mampu dengan baik menerima. Dari itulah semakin hari semakin aku mencintai anak-anak serta dunianya.


No comments:

Post a Comment