Monday, September 14, 2020

Bukan Keluarga Cemara

 


                Harta yang  paling berharga adalah keluarga”

                “Istana yang paling indah adalah keluarga”

                Nggak asing kan dengan kutipan lirik lagu di atas?. Lagu yang legendaris karena menyimpan kenangan masa kecil kita, para generasi  90an. Soundtrack serial televisi bertajuk “Keluarga Cemara” ini pun hingga kini masih didengarkan dan di cover oleh beberapa influencer di kanal youtube.

                Bait demi baitnya adalah pesan tentang betapa berharga kehadiran keluarga.  Pun dengan kisah yang disajikan dalam serialnya adalah kisah yang related dengan kehidupan sehari-hari masyarakat pada umumnya. Sehingga wajar saja jika kala itu serial Keluarga Cemara menjadi salah satu serial televisi yang paling digemari.

                Saat menjadi penikmat serial televisi legendaris itu,  saya nggak pernah berusaha memahami maksud dari apa yang dikisahkan di dalamnya. Tapi kini, saat pribadi semakin terdewasakan oleh banyak peristiwa yang sampai dalam hidup, saya semakin sadar betapa keluarga terawatt sangat berharga.

                Dulu,saya dan kakak nomor 3 selalu dihadapkan pada sebuah pertengkaran khas anak-anak. Karena itu kami pernah ada pada satu kondisi layaknya musuh yang saling penuh kebencian. Rasanya berfikir bahwa dia adalah bagian dari apa yang di sebut keluarga pun tidak. setiap adalah kepusingan bagi mama menghadapi pertengkaran kami berdua.

                2006 keluarga kami kehilangan pilot pesawatnya, jika sang pilot memiliki  co- pilot sepuluh tahun berselang kami benar-benar kehilangan keduanya. Dunia seakan runtuh kala itu, kita terjatuh dan terhempas jauh. Tidak lagi hidup ini dibersamai orang tua yang sejatinya selalu memberi doa terbaik untuk keberlangsungan hidup kami. semua menjadi  gelap, aku sendiri takut harus hidup tanpa mereka dan doa yang senantiasa mereka panjatkan.

                Namun hidup harus tetap berjalan, tidak ada pilihan selain melanjutkan. Satu pesan mama yang selalu diingat adalah “Kalau Mama meninggal, kalian harus akur”, dan saya yakin itu adalah salah satu doa yang sering Mama panjatkan semasa hidup hingga sampai detik ini Allah senantiasa menjaga kami tetap saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

                Tidak mudah untuk sampai pada titik ini, tapi  Qadarullah kami mampu melewatinya dengan baik. dalam segala bentuk perbedaan, kami terus berjalan, tidak sedikitpun berfikir untuk saling menyakiti. Sejatinya Allah maha baik, senantiasa menjaga raga juga seluruh jiwa kami di tengah ketiaadaan Mama dan Abah yang kini tinggal kenangan. Terimakasih wahai Allah, karenamu juga keridhoanmu aku merasa paling beruntung memiliki dan tumbuh di tengah-tengan mereka.  

                Kami bukan Keluarga Cemara, tapi layaknya mereka. Bagi kami keluarga adalah segalanya.

 

No comments:

Post a Comment