Saturday, September 19, 2020

Dari ODOP, Tentang Aku dan Waktu

id.Pinterest.com

Bismillah,

                Bisa nulis setelah kerja musiman akhirnya kelar. Beberapa  minggu belakangan dihadapkan pada kondisi banyak hal mendesak yang harus dikerjakan, curi-curi waktu supaya tetep bisa menghasilkan tulisan dan tidur lebih malam dari biasanya. Harus juga ikhlas bikin hutang tulisan di event one day one post untuk pekan pertama dan kedua.

Eh, ini bukan keluhan ya tapi curcol wkwkw. Aku  memutuskan untuk ikut OPREC ODOP padahal tau dua atau tiga bulan kedepan akan dihadapkan pada pekerjaan yang sekarang tengah dikerjakan. Maklum saja nunggu event ini tuh udah jauh-jauh hari semenjak ikut Ramadhan Writing Challenge.

                Tau “
Kalau nggak ikut sekarang mungkin harus nunggu lebih lama lagi”, dan itu yang aku nggak ingin hadapi, penyesalan seandainya memutuskan nggak ikut OPREC ODOP. Tapi sekali lagi ini bukan keluhan, hanya saja dari sini dan dalam postingan kali ini aku ingin berbagi dengan kalian tentang apa yang akhirnya aku pelajari dari momentum ini.

                Dengan segala kerumitan yang dihadapi, aku menjalani walaupun beberapa hal harus di korbankan. Tapi dari semua yang terjadi, Pertama aku menyadari bahwa faktanya terkadang kita memang tidak selalu bisa melakukan banyak hal. Seandainya nggak terlalu urgen, saranku ya… pilih yang memang paling mungkin dilakukan sesuai kapasitas kita. Jangan terlalu memaksakan.

                Kedua dan yang paling penting buatku, akhirnya menyadari bahwa waktu sesingkat apapun tetaplah waktu. Selalu memiliki nilai dan selalu akan berlalu. Dari sini aku ngerasain banget kalau waktu satu menit pun tetap bernilai. Satu menit itu kita tetap bisa melakukan sesuatu dan menghasilkan sesuatu, terlepas apa  kemudian yang dihasilkan kembali pada kita sebagai pengguna waktu.

                Dulu sering banget nunda waktu seandainya ada niatan buat nulis, “Tanggung ah…. 30 menit  lagi Adzan Dzuhur, nanti deh habis dzuhur”. Sementara itu 30 menit sebelum dzuhur tadi malah aku gunakan untuk man handphone, cek sosial media, scroll-scroll nggak jelas tujuannya apa. Padahal 25 menit aku bisa tetap menulis dan menghasilkan tulisan walau hanya dapat satu paragraph, dan 5 menit berikutnya aku gunakan untuk prepare shalat dzuhur.

                Ahhh….. baru deh aku sadar betapa selama ini masih lalai menghargai waktu yang aku miliki. Belum dengan maksimal menggunakannya untuk kebaikan dan lupa betapa berharganya ia. mari teman-teman kita belajar memaknai betapa waktu begitu berharga dan sesingkat apapun, dia tetap memiliki nilai dan menentukan apa yang setelahnya terjadi pada kita.

No comments:

Post a Comment