Wednesday, April 15, 2020

Asik Nulis Lupa Baca

Pinterest.com


                Bagi mereka yang suka bermain dengan kata-kata, merangkainya menjadi kalimat bermakna dan enak dibaca, menulis tentu menjadi sesuatu yang menyenangkan. Seperti hal nya saya, walaupun sangat perlu proses panjang untuk menyadari bahwa  menulis adalah aktivitas menyenangkan, tapi disadari atau tidak saya sudah semakin terbiasa dengan itu.
                Gampang nggak sih nulis???, nggak saya bilang gampang karena memang proses nulis nggak se instan makan mie. Tapi  juga nggak mau bilang kalau nulis itu susah, karena saya sedang mencoba mendisiplinkan setiap kata yang diucapkan hanya untuk sesuatu bermakna positif. Intinya bagi saya, nulis itu punya sisi yang membuat diri merasa istimewa memiliki kemampuan itu.
                Kenapa?, apa istimewanya?.
Istimewanya kita akan berusaha untuk tau banyak hal. Dengan menulis, kebutuhan meng upgrade diri  menjadi sesuatu  yang teramat penting. Membaca adalah  sebuah keharusan bahkan dalam hal ini menjadi kewajiban.  Tanpa membaca tentu akan semakin tidak mudah  untuk menulis, karena salah satu keuntungan lain yang di dapat dari membaca adalah menabung lebih banyak kosa kata, dan tentu saja  akan sangat membantu proses menulis yang dilakukan.
Saya pernah membuktikan terkait itu tanpa di sengaja. Satu ketika ambisi untuk menjadi penulis produktif meningkat, dalam benak saya adalah tentang bagaimana menghasilkan tulisan sebanyak-banyaknya. Prinsipnya nulis dulu aja, soal hasil belakangan.
Dan….. eng…. Ing….eng……. yang terjadi adalah, saya asik nulis lupa baca. Kenpa demikian?, karena belum menyadari bahwa menulis dan membaca adalah satu kesatuan, seperti pasangan tak terpisahkan. Seorang bisa saja menjadi pembaca tanpa menulis, tapi dia tidak akan pernah bisa menulis tanpa membaca. Bahkan ketika kamu tetap berusaha menulis tanpa membaca, pengalaman yang akan ditemukan adalah “Writers’ Block”, satu kondisi dimana seorang penulis kesulitan menuangkan ide  dangagasan  ke dalam tulisan.  
Kalaupun tetap bisa menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, keasikan  nulis lupa baca berdampak juga pada kualitas tulisan yang dihasilkan. Sama halnya dengan yang pernah saya alami ketika membaca ulang tulisan yang terlalu dipaksakan. Hasilnya benar-benar menyedihkan dan tidak enak di baca, mubazir nggak tuh?.
Bukan berarti tulisan ini berkualitas dan enak di baca ya J, saya masih dalam proses mempelajari  semua hal terkait kepenulisan. Setidaknya saya pernah mengalami bagaimana menyedihkannya menulis tanpa diiringi konsistensi membaca. Perlu kita ingat juga bahwa membaca tidak melulu melalui media buku. Di era yang serba digital ini, kita akan dengan mudah menemukan apa yang memungkinkan untuk di baca melalui media digital.

2 comments:

  1. ada recomend buku bacaan yang hive teh widya :) ?

    ReplyDelete
  2. Eng ING eng... Saya juga dulu begitu 🤭

    ReplyDelete